Kalurahan BANGUNHARJO

Sambung Rasa dan Silaturahmi Bersama KH. Dr. Zuhdi Muhdhor dan Kiai Umaruddin Masdar, S.Ag di Gatak Bangunharjo

Oleh: Sarif Jabroni dan Anto

     (Bangunharjo, 09/11) - Suasana penuh kehangatan dan keakraban tersaji dalam kegiatan sambung rasa dan silaturahmi Wakil Ketua DPRD DIY, Kiai Umaruddin Masdar, S.Ag., bersama masyarakat Padukuhan Gatak, Kalurahan Bangunharjo. Kegiatan ini berlangsung di rumah Bapak Abadi, warga RT 05 Mredo Tengah, pada Sabtu sore bakda Ashar. Sekitar seratus warga dari RT 04 dan RT 05 Padukuhan Gatak menghadiri acara ini dengan antusias.

     Acara ini turut dihadiri Lurah Bangunharjo, Nur Hidayat, S.Ag., M.Si., yang memberikan sambutan pembuka. Dalam sambutannya, Lurah Nur Hidayat menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas inisiatif silaturahmi yang dilakukan oleh Wakil Ketua DPRD DIY sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat di tingkat padukuhan. Menurut beliau, kegiatan seperti ini menjadi sarana penting untuk memperkuat hubungan antara wakil rakyat, pemerintah kalurahan, dan masyarakat, sekaligus mempererat rasa persaudaraan di tengah dinamika sosial yang semakin kompleks.
“Bagi kami, kegiatan seperti ini sangat berarti,” ujar Lurah Nur Hidayat. “Silaturahmi seperti ini bukan sekadar pertemuan biasa, tetapi menjadi wadah untuk memperkuat kebersamaan dan menumbuhkan semangat gotong royong di tingkat akar rumput.”

     Wakil Ketua DPRD DIY, Kiai Umaruddin Masdar, dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan sambung rasa ini bukan sekadar forum tatap muka, melainkan wujud nyata komunikasi dua arah yang sehat antara pemimpin daerah dan warga masyarakat.
“Kita hadir di sini bukan hanya untuk berbicara, tapi juga untuk mendengarkan, itulah sambung rasa,” tutur Kiai Umaruddin. “Saya ingin kegiatan seperti ini menjadi ruang terbuka, tempat kita berbagi gagasan dan menyatukan langkah.”

     Beliau kemudian menyampaikan sebuah filosofi yang menggambarkan pentingnya guyub rukun dalam kehidupan bermasyarakat.
“Cabai rasanya pedas dan tidak enak kalau dimakan sendiri, bawang rasanya sengar, garam rasanya asin dan juga tidak enak jika dimakan begitu saja,” ujar Kiai Umaruddin sambil tersenyum. “Tapi ketika semuanya digabung dalam satu olahan, hasilnya jadi menu yang lezat berselera. Begitu pula kehidupan sosial kita — perbedaan yang ada akan terasa indah jika disatukan dengan semangat kebersamaan dan saling melengkapi.”

     Ia menekankan pentingnya menjaga semangat gotong royong dalam menghadapi tantangan sosial dan memperkuat ikatan antarwarga. Dalam kesempatan tersebut, Kiai Umaruddin juga memperkenalkan narasumber utama kegiatan, yakni KH. Dr. Zuhdi Muhdhor, Ketua Tanfidziyah PWNU DIY, yang diundang secara khusus untuk menyampaikan tausiah kebangsaan bertema Wawasan Kebangsaan, Nasionalisme, dan Toleransi.

     Dalam penyampaiannya, KH. Dr. Zuhdi Muhdhor mengupas secara mendalam tentang makna nasionalisme yang sejati dalam bingkai keislaman dan keindonesiaan. Dengan uraian sejarah yang panjang dan kaya makna, beliau menjelaskan bagaimana para ulama dan santri pada masa perjuangan turut menjadi bagian penting dalam mempersiapkan, memproklamirkan, dan mempertahankan kemerdekaan.
“Cinta tanah air (hubbul wathan) adalah bagian dari iman,” tegas KH. Zuhdi. “Semangat kebangsaan tidak boleh luntur oleh perubahan zaman. Justru di tengah arus globalisasi, kita harus semakin teguh menjaga nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.”

     Beliau juga mengingatkan bahwa nasionalisme yang sejati harus diiringi dengan semangat toleransi dan saling menghormati perbedaan.
“Indonesia berdiri di atas keberagaman suku, agama, dan budaya,” lanjutnya. “Jika dirawat dengan bijak, keberagaman itu menjadi kekuatan besar. Maka peran masyarakat sangat penting dalam menjaga harmoni sosial, menjauhi sikap ekstrem, dan memperkuat persaudaraan kebangsaan.”

     Paparan beliau disampaikan dengan gaya khas seorang ulama besar — tenang, lugas, dan sarat makna. Warga yang hadir terlihat antusias mendengarkan dengan seksama.

     Menutup acara, Kiai Umaruddin Masdar menyampaikan terima kasih atas kehadiran seluruh warga yang telah menyempatkan diri untuk bersilaturahmi. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi agenda rutin yang tidak hanya memperkuat ukhuwah, tetapi juga memperluas wawasan masyarakat tentang nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan.
“Silaturahmi memperpanjang umur dan memperluas rezeki,” ujarnya. “Tapi yang lebih penting, ia memperkuat rasa persaudaraan. Nanti kegiatan seperti ini bisa kita kembangkan — tentang pengelolaan sampah, pelatihan memasak, atau bedah buku — sesuai dengan kebutuhan warga. Yang penting, kita tetap guyub rukun, saling melengkapi seperti bumbu masakan yang menjadikan kehidupan ini lebih lezat.”

     Sambung rasa di Gatak kali ini menjadi bukti nyata bahwa silaturahmi antara tokoh masyarakat, pemerintah, dan warga dapat menjadi media yang efektif untuk memperkuat rasa persaudaraan, menumbuhkan semangat kebangsaan, dan memperdalam nilai-nilai keislaman.

     Kegiatan bersama KH. Dr. Zuhdi Muhdhor dan Kiai Umaruddin Masdar kali ini tentunya meninggalkan kesan mendalam bagi warga yang hadir, sekaligus meneguhkan semangat kebersamaan dalam membangun Bangunharjo yang berkarakter, harmonis, dan berkemajuan.[]