Kalurahan BANGUNHARJO

Lurah Bangunharjo Isi Pengajian Rutin Ahad Pahing di SD Monggang Sewon
(Menumbuhkan Hati yang Cerdas dan Berkarakter melalui Pengajian Rutin “Tarbiyatul Qalbi” SD Monggang Sewon)

Oleh : Sarif Jabroni dan Anto

     (Bangunharjo, 12/10) - Suasana pagi yang teduh menyelimuti pelataran SD Negeri Monggang, Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, pada Ahad Pahing, 12 Oktober 2025. Ratusan peserta, terdiri dari murid, wali murid, komite sekolah, serta jajaran guru dan tenaga pendidik, tampak memenuhi area halaman sekolah yang rindang. Di bawah naungan pohon yang hijau dan segar, mereka duduk beralaskan tikar dengan penuh khidmat, mengikuti Pengajian Rutin Tarbiyah Qalbi, kegiatan yang menjadi agenda selapanan (setiap Ahad Pahing) bagi keluarga besar SD Monggang.

     Kegiatan ini menghadirkan Kiai Nur Hidayat, S.Ag., M.Si., yang juga merupakan Lurah Bangunharjo, sebagai pengisi tausiah. Dengan gaya ceramah yang komunikatif, hangat, dan menyentuh hati, beliau mengajak seluruh peserta untuk merenungkan kembali pentingnya pendidikan karakter dan peran orang tua dalam membentuk generasi yang kuat, berakhlak, dan berjiwa sosial tinggi.

     Dalam kesempatan tersebut, Pak Lurah menyampaikan materi bertema “Mengenal dan Mengatasi Bullying”, sebuah isu penting yang kerap terjadi di lingkungan pendidikan. Beliau menjelaskan bahwa bullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang terhadap seseorang yang dianggap lemah atau tidak seimbang kekuatannya.

Beliau memaparkan empat jenis bullying yang perlu dikenali oleh orang tua dan guru:

1. Bullying fisik, seperti memukul, menendang, atau mendorong.

2. Bullying verbal, berupa ejekan, hinaan, atau ancaman.

3. Bullying sosial, seperti mengucilkan atau mengabaikan seseorang.

4. Bullying siber (cyberbullying), yaitu mengirim pesan atau gambar tidak pantas melalui media sosial.

     Menurut beliau, dampak bullying sangat luas dan mendalam, baik bagi anak maupun orang tua. Bagi anak, bullying dapat menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi. Tak jarang, hal ini juga memengaruhi prestasi belajar dan kepercayaan diri mereka. Adapun bagi orang tua, muncul rasa cemas, frustrasi, dan kebingungan dalam membantu anak menghadapi situasi tersebut.

     Untuk itu, Kiai Nur Hidayat menekankan pentingnya komunikasi dan empati dalam keluarga. Orang tua diimbau untuk selalu mendengarkan anak tanpa menghakimi, memberikan dukungan moral, serta mengajarkan keterampilan sosial seperti menghormati orang lain, mengelola emosi, dan berani bersikap asertif.

     Beliau juga mengingatkan agar sekolah dan orang tua bersinergi dalam mencegah dan menangani kasus bullying, melalui komunikasi yang terbuka antara guru, staf sekolah, dan wali murid. Dukungan terhadap program anti-bullying di sekolah menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak.

     Selain membahas bullying, Kiai Nur Hidayat yang memiliki latar belakang sebagai seorang pendidik juga menyampaikan pesan spiritual yang mendalam tentang “Laku Tirakat Orang Tua untuk Anak”, sebagai bentuk kasih sayang dan pengorbanan terbaik orang tua kepada buah hati. Ada tiga laku tirakat utama yang beliau sampaikan, yaitu:

1. Ilmu (Dunia dan Akhirat) – Memberikan pendidikan terbaik bagi anak, mendukung mereka dengan sepenuh hati agar tumbuh menjadi insan berilmu dan beriman.

2. Uswatun Hasanah – Menjadi teladan yang baik, karena anak belajar bukan hanya dari kata, melainkan dari contoh nyata perilaku orang tua.

3. Doa Tulus – Mengiringi setiap langkah anak dengan doa yang penuh cinta dan keikhlasan, sebab doa orang tua adalah benteng terkuat bagi keselamatan dan keberkahan hidup anak.

     Pengajian yang berlangsung dari pukul 06.00 hingga 07.30 WIB ini berjalan lancar, tertib, dan penuh kehangatan. Tawa kecil anak-anak yang sesekali terdengar

     Pengajian rutin ini bukan sekadar forum tausiah, tetapi juga menjadi wadah mempererat tali silaturahmi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, serta menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual sejak dini bagi generasi penerus bangsa.

     Dengan semangat “Tarbiyatul Qalbi” – pendidikan hati, diharapkan seluruh keluarga besar SD Monggang dapat terus menumbuhkan budaya positif, menjaga kebersamaan, dan menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak, berkarakter, dan berjiwa Islami. []

</p

</p

</p