Kalurahan BANGUNHARJO

Festival Dalang Anak dan Remaja 2024: Upaya Regenerasi dan Pelestarian Seni Pagelaran Wayang Kulit

Oleh : Sarif Jabroni Dan Anto

     ( Bangunharjo, 15/10 ) - Festival Dalang Anak dan Remaja Pentas Wayang Kulit 2024 yang diselenggarakan di Kabupaten Bantul pada 15-16 Oktober 2024 menjadi momentum penting dalam upaya melestarikan seni pewayangan sekaligus merangsang regenerasi dalang muda. Acara ini merupakan kolaborasi antara Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Bantul dan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kabupaten Bantul, dengan dukungan dana keistimewaan DIY. Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, didampingi oleh Panewu Sewon, Lurah Bangunharjo, Polsek Sewon, dan Koramil Sewon

     Selama dua hari, sebanyak 12 dalang anak dan 8 dalang remaja menampilkan lakon Ramayana, sebuah cerita epik yang sarat dengan nilai-nilai moral dan filosofi. Pertunjukan ini berlangsung meriah dari ratusan penonton, termasuk siswa-siswi SD Ngoto yang antusias menyaksikan teman-teman sebaya mereka menampilkan pertunjukan wayang kulit dengan kemampuan yang luar biasa. Kegembiraan dan kekaguman jelas terpancar di wajah para siswa ketika melihat bagaimana teman-teman sebaya mereka mampu membawakan seni pertunjukan wayang kulit dengan begitu luwes dan mahir.

     Bagi siswa-siswi SD Ngoto, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga. Mereka tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi juga mengenal lebih dalam tentang seni tradisional Jawa yang memiliki nilai filosofis tinggi.

     Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan seni wayang kulit kepada generasi muda sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam melindungi, melestarikan, dan mengembangkan warisan budaya yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda. Regenerasi dalang menjadi fokus utama dalam festival ini, dengan harapan seni pedalangan tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.

     Semangat dan antusiasme yang ditunjukkan oleh penonton, khususnya anak-anak, menjadi bukti bahwa wayang kulit, meskipun merupakan warisan budaya yang sudah sangat tua, masih memiliki daya tarik yang kuat di kalangan generasi muda. Penonton juga tidak hanya berasal dari kalangan anak-anak, tetapi juga orang dewasa, masyarakat umum, dan para tokoh budaya yang ingin melihat bagaimana generasi muda berkontribusi dalam melestarikan seni tradisi ini.

     Tiga juri yang terdiri dari dalang-dalang profesional, yakni Ki Dalang Faizal Nur Singgih, STP, Ki Dalang Fany Rickyansyah, M.Sn., dan Ki Dalang Bayu Aji Nugroho, memberikan penilaian atas kemampuan para peserta. Mereka dinilai berdasarkan penguasaan teknik mendalang, kefasihan bercerita, serta penghayatan terhadap karakter wayang.

     Festival ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga media edukasi budaya yang efektif, mempererat hubungan antara seni tradisional dan generasi muda, serta memastikan keberlangsungan seni wayang kulit di masa depan.[]